Selasa, 27 Desember 2011

Pertemuan Gus Dur-Gus Mus

Kangen-kangenan Dua Sahabat


SM/Mulyanto Ari W BERI BUKU: Gus Dur memberikan cendera mata berupa buku terbarunya Islamku, Islam Anda, Islam Kita; Agama, Masyarakat, Negara, Demokrasi kepada Gus Mus. Sementara itu, Gus Mus memberikan buku Gandrung dan Lukisan Kaligrafi kepada Gus Dur. (30v)


JAUH di mata dekat di hati. Mungkin itulah peribahasa yang bisa menggambarkan kedekatan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan KHA Mustofa Bisri (Gus Mus). Dua bersahabat yang dipertemukan di Kairo, Mesir ketika sama-sama sedang menimba ilmu di Universitas Al Azhar pada 1964 itu, dalam beberapa tahun terakhir sudah jarang bersua, apalagi tampil berdua di hadapan publik.
Yeni Zannuba Wahid, putri Gus Dur mengakui, kedua tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu memang sudah lama tidak pernah bersua. Namun Yeni juga mengatakan, keduanya masih sering saling bertelepon. Meski demikian, tak urung pertemuan dua tokoh kharismatik NU selama kurang lebih dua setengah jam di Pondok Pesantren (Ponpes) Raudlatut Tholibin, Desa Leteh, Kecamatan Kota Rembang, Kabupaten Rembang, kemarin menjadi semacam pelepasan rindu.
Gus Dur dalam pertemuan itu mengenangkan semasa kuliah di Universitas Al Azhar, keduanya berkumpul setiap hari selama hampir tiga tahun. Keduanya kemudian bergulat dalam Himpunan Pemuda dan Pelajar Indonesia (HPPI) Mesir.
''Saya dan Gus Mus membuat majalah yang ditulis sendiri, dibiayai sendiri, dan diedarkan sendiri. Selalu juga merugi sendiri,'' kata Ketua Dewan Syuro DPP PKB itu.
Gus Mus muda dalam kenangan kiai kelahiran Jombang 4 Agustus 1940 itu adalah orang yang memiliki banyak teman bergaul. Salah satu teman Gus Mus, menurut mantan Presiden RI itu, adalah Abdullah Syukri (Pimpinan Ponpes Gontor -Red). Suatu hari, Abdullah Syukri yang pintar main gitar tersebut, kata Gus Dur, naksir cewek Filipina. Abdullah Syukri kemudian mencoba menyanyi untuk meraih hati cewek tersebut.
''Gus Mus ini, setelah Abdullah Syukri menyanyi, nyeletuk somsing-somsing. Eh nggak tahunya yang dimaksud adalah some sing ,'' tutur Gus Dur yang ditimpali Gus Mus dengan tawa.
Sementara itu Gus Mus menyatakan pertemuan mereka kemarin sebagai pertemuan dua orang yang benar-benar manusia.
''Kami seperti tadi yang didengar semuanya, hanya ngobrol sebagai manusia saja. Karena terkadang saking sibuknya dengan pekerjaan, kita lupa bahwa kita ini manusia. Yang dibicarakan hanya permasalahan profesi dan lain-lainnya. Pada pertemuan silaturahmi ini, kami empan papan dan tidak membicarakan masalah politik,'' kata Gus Mus.
Memang, kenyataannya dalam pertemuan keduanya di salah satu ruangan Ponpes Raudlatut Thalibin berukuran tak kurang dari 5x12 meter berkarpet hijau itu lebih banyak berkisar cerita-cerita ringan seputar kehidupan sehari-hari dan canda tawa.
Tak jarang, cerita kedua tokoh yang sedang temu kangen itu membuat tawa sejumlah orang yang turut mendengarkan.
Dalam kenangan Gus Mus, Gus Dur muda hanya bisa digambarkan dengan tiga kata, buku, film, dan sepak bola. Tiga kegiatan itulah, yang menurut penulis buku kumpulan puisi Gandrung itu sangat digemari oleh istrinya, Sinta Nuriyah Wahid. ''Ketiga kegiatan itu sangat membutuhkan konsentrasi pada penglihatan. Mungkin karena kegemarannya yang sangat berlebihan terhadap ketiganya itu, membuat penglihatan Gus Dur kalah,'' tuturnya.
Membaca Buku
Mengenai kegemaran membaca Gus Dur, menurut adik almarhum KH Cholil Bisri itu, sangat memberikan pengaruh yang diikutinya.
''Di mana saja, Gus Dur selalu membawa buku dan membaca. Bahkan ketika gelantungan di bus pun, dia terus membaca. Saat membaca sebelum mencapai titik, Gus Dur tidak akan menghiraukan sekitarnya, apalagi mau diajak bicara. Saya juga tidak dianggapnya. Akhirnya setiap pergi bersama dia, saya juga selalu berusaha membawa buku untuk dibaca,'' katanya.
Ada pengalaman menarik dari kegiatan membaca Gus Dur yang diingat oleh Gus Mus. Suatu hari, Gus Dur dan Gus Mus sama-sama membaca buku di atas bus. Gus Dur kebetulan sudah selesai membaca, sedangkan Gus Mus belum.
''Gus Dur mengajak omong saya. Tapi karena saya belum rampung membaca buku sampai titik, saya umbarno wae dia,'' tuturnya sembari tertawa.
Mengenai kegemaran Gus Mus menonton film, Gus Dur juga punya cerita. Gus Dur suatu hari memakai pakaian yang necis sekali di mata Gus Mus. Gus Dur yang tidak pernah masuk untuk kuliah itu tumben mengajak Gus Mus untuk berangkat kuliah bersama-sama dengan naik bus yang kebetulan ramai penumpang.
''Ketika mendekati kampus, baru kami mendapatkan tempat duduk,'' kenang Gus Mus.
Sesampainya di depan kampus, Gus Mus mengajak Gus Dur untuk turun. Namun Gus Dur malahan tidak mau turun dan mengajak terus naik bus. Alasannya cukup aneh ditelinga Gus Mus, sayang turun dari bus karena baru saja mendapatkan tempat duduk. Akhirnya Gus Mus mengalah dan mengikuti Gus Dur. Ketika bus berjalan lagi hingga hampir mencapai gedung bioskop, Gus Dur malah mengajak turun.
''Tak tahunya dia telah membawa dua tiket nonton film dan saya diajak. Kalau tahu begitu, mending tidak usah bawa diktat untuk kuliah. Nonton film kok bawa diktat,'' kata Gus Mus.
Gus Dur, katanya, juga sering nonton satu film dua kali. ''Kata Gus Dur, ada bagian di film itu yang kelewatan sehingga harus ditonton lagi,'' tandasnya. (Mulyanto Ari Wibowo-64a)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar