Sabtu, 26 November 2011

TPI bangkrut, Hasil kuwalat pimpinan pada Ulama'

Tutut Kecewakan Warga, Kaum Dhuafa dan Ulama Kediri 
15 Maret 2004
TEMPO Interaktif, Kediri: Kunjungan calon presiden (capres) dari Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Siti Hardiyanti Indra Rukmana (Tutut) ke Kota Kediri, Jawa Timur, Senin (15/3), menuai kecaman dan caci-maki warga, kaum dhuafa dan ulama. Mereka merasa dilecehkan oleh sikap putri mantan presiden Soeharto yang dinilai menghina sesepuh dan ulama besar Kediri, Mbah Wasil.

Rencananya, Tutut akan berziarah ke makam sang pembawa agama Islam pertama di Kediri itu. Tapi, tanpa alasan jelas tiba-tiba Tutut membatalkan acara ziarah, di saat langkahnya tinggal beberapa meter dari makam yang dikeramatkan seluruh warga Kediri dan sekitarnya itu. Padahal, sejak subuh ratusan warga dan para ulama, sudah menunggu kedatangan Tutut dengan sabar, walau hujan terus mengguyur komplek makam "Pesarean Agung Kramat Setono Gedong".

Persiapan penyambutan dan keperluan Tutut beserta rombongan dalam melakukan ritual ziarah pun sudah dilakukan. Bahkan berdasarkan permintaan panitia, warga juga diminta mengerahkan ratusan kaum dhuafa (fakir miskin), karena nantinya akan ada acara pembagian sedekah. Apalagi, Tutut yang didampingi Jenderal (purn) R Hartono beserta rombongan sebenarnya sudah memasuki pelataran menuju makam Mbah Wasil yang berada di kompleks masjid Setono Gedong. Laksana pemimpin yang dielu-elukan pengikutnya, Tutut juga disambut ratusan warga, ulama, kaum dhuafa dan ibu-ibu dari kelompok pengajian muslimat Setono Gedong yang menyambut dengan pakaian putih-putih dengan membawa keranjang bunga.

Hanya sekitar satu meter jarak Tutut dan rombongan dengan Ketua Takmir Masjid Setono Gedong, KH Muhajir Irsyad dan sejumlah ulama yang siap menyambut, tiba-tiba Tutut berbalik langkah. Serta merta, para pengawal langsung memagari dan mendampingi Tutut dan Hartono menuju kendaraan mereka. Tentu saja, ulah Tutut dan Hartono itu mengundang tanya dan rasa kecewa. Tampak, rombongan pejabat Pemerintah Kota Kediri yang dipimpin Sekretaris Pemkot Kediri, H. Bambang Edianto pun mengelus dada. Tutut dan rombongan pun langsung pergi dari lokasi makam. Dikabarkan, Tutut langsung menuju Pagu, Kabupaten Kediri dan menghadiri acara PKPB.

Sepeninggal Tutut, warga terlihat marah dan mencaci-maki rombongan dari Jakarta itu. Panitia pelaksana penyambutan Tutut yang terdiri dari para pedagang kaki lima -disponsori PKPB Kota Kediri-, juga terlihat bingung. Padahal, untuk penyambutan itu mereka telah menyiapkan kaos khusus merah putih bertuliskan "Rakyat Kembali ke Merah Putih". Fakir miskin yang dikerahkan dan punya harapan mendapat tetesan rejeki dari Tutut juga terlihat kecewa. Dengan bersungut-sungut, para pengemis wanita jompo, gelandangan dan anak terlantar itu pergi meninggalkan kawasan makam Setono Gedong. Para Takmir Masjid Setono Gedong juga menyatakan kecewa. Sebagai pemengku yang dipercaya rakyat Kediri menjaga kewibawaan makam Mbah Wasil, mereka menilai sikap Tutut sangat tidak sopan dan cenderung melecehkan.

"Kami benar-benar kecewa. Makam orang suci kok diperlakukan seperti itu," kata KH Muhajir Irsyad, Ketua Takmir Masjid Setono Gedong. Kekecewaan terberat yang dirasakan bukan pada batalnya pembagian sedekah bagi para fakir miskin. Tapi, kedatangan Tutut atas inisiatif sendiri untuk berziarah ke makam orang yang paling dihormati di Kediri. "Bisa ya orang memperlakukan dan meninggalkan makam tanpa ada sopan santun?" kata ustad Sanusi, Ketua Madrasah Setono Gedong.

Mbah Wasil, kata KH Muhajir, adalah wali asal negeri Persia, merupakan orang pertama yang membawa agama Islam ke Kediri. Masa hidup Mbah Wasil setara dengan hidup pujangga Jawa ternama, Prabu Jayabaya yang petilasannya berada di Pamenang Kediri. Dua orang itu, meskipun mempunyai ajaran yang berbeda, selama ini mendapat perlakuan istimewa tidak hanya dari warga Kediri, tapi juga dari seluruh penjuru dunia. Mereka dianggap sesepuh wilayah Kediri. Makam Mbah Wasil dan Masjid Setono Gedong, oleh Pemkot Kediri telah ditetapkan sebagai situs arkeologi yang harus dilestarikan dan mendapatkan penjagaan utama. Begitu pula petilasan Prabu Jayabaya di wilayah Pamenang, Kabupaten Kediri.

"Kami menerima siapapun yang ingin ziarah, termasuk Tutut. Kami mempersilahkan PKPB membawa Tutut ke sini, asalkan tidak membawa atribut dan bendera parpol," kata KH Muhajir.


Dwidjo U. Maksum - Tempo News Room 


sampai beberapa kurun waktu,akhirnya : 

Direksi TPI Laporkan Mbak Tutut ke Polisi

JAKARTA - Direksi Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) melaporkan Siti Hardiyanti Rukmana (Mbak Tutut) ke Polda Metro Jaya atas dugaan tindak pidana memasukkan keterangan palsu ke dalam akta otentik dan menggunakan surat palsu.

Demikian disampaikan kuasa hukum TPI Andi F Simangunsong kepada okezone di Jakarta, Kamis (29/7/2010).

Laporan ini dibuat berkaitan dengan pelaksanaan RUPSLB yang diselenggarakan pihak Mbak Tutut pada tanggal 23 Juni 2010 yang mengangkat Japto dkk.

“Pokok laporannya cukup sederhana. Pihak Mbak Tutut dalam RUPSLB tersebut mengklaim diri sebagai 100 persen pemilik TPI dengan berlandaskan surat Plh Direktur Perdata di KemenkumHAM No AHU.2.AH.03.04-114A tanggal 8 Juni 2010,” kata Andi.

Padahal, sambung dia, Menteri Hukum dan HAM sendiri sudah menegaskan bahwa kementeriannya tidak mencampuri serta tidak mengatur masalah kepemilikan saham di TPI.

“Artinya, surat Plh Direktur Perdata tersebut tidak memberikan hak kepada pihak Mbak Tutut untuk mengklaim diri sebagai pemilik 100 persen TPI, karena faktanya, saat ini pihak Mbak Tutut hanyalah pemilik 25 persen saham TPI, sedangkan 75 persen lainnya dimiliki PT Media Nusantara Citra Tbk,” tutur Andi.

Oleh karena itu, lanjut Andi, pihak Mbak Tutut telah banyak menggunakan RUPSLB 23 Juni 2010 untuk berbagai keperluan dan telah mengganggu jalannya operasional TPI, maka ada alasan mendesak bagi pihak kepolisian untuk memproses laporan yang dimaksud secara cepat dan segera menyidangkannya ke pengadilan. (ade)

Sampai akhirnya TPI berganti nama dengan MNC TV....Mungkin hal2 di atas tidak seluruhnya di tafsiri dengan bahasa Kuwalat dengan Ulama',tapi di landasi pula dari berbagai kenyataan seperti manajemen yang amburadul dsb...saran : Hati2 dengan Ulama' ataupun Auliya' !!!!!
by eMZy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar