KEDIRI.Kepulan asap kemenyan serta komat kamit sang dalang membaca mantra di tambah iringan suara gamelan menjadi penanda awal di mulainya pentas seni wayang krucil mbah gandrung yang di adakan di rumah Bapak Joko Suwito Kelek di sanggar Selopanggung Creative Factory,sabtu siang( 15/10 )
Terik matahari tidak menghalangi antusiasme warga serta para pemerhati seni budaya kediri untuk menonton pertunjukkan wayang krucil mbah gandrung.Di dalam ruangan berukuran 4 x 7 meter itu wayang mbah gandrung di gelar. Ornamen ruangan yang berbentuk jawa klasik menambah kesan sakral dalam pementasan wayang mbah gandrung.
Pementasanpun hanya di adakan setiap tahun sekali khususnya pada bulan syuro, ada ujar ( nadzar,red ) warga serta hal-hal yang bersifat penting lainnya.Hal ini di karenakan setiap akan mementaskan sang sesepuh atau dalang harus minta petunjuk ( wangsit,red ) dari sang pencipta dahulu.
Setiap akan di adakannya pementasan, wayang serta alat tetabuhan harus di pikul oleh para crew dari rumah sampai tempat pementasan. “Hati-hati lho saat menyaksikan Wayang Mbah Gandrung, sampean bisa kuwalat jika macem-macem saat wayang digelar, lebih baik diam saja. Banyak yang sudah kejadian kuwalat akibat menyepelekannya,” pesan Luwar salah seorang penonton pada salah satu wartawan media massa yang hadir.
Sebagai tuan rumah serta budayawan, Pak Joko sebutan akrab dari Joko Suwito Kelek menegaskan bahwa “ kita harus melestarikan budaya leluhur yang sangat berharga ini. Khususnya bagi generasi muda harus berperan aktif dalam melestarikan budaya “.
“ Dari itu kita buat wadah untuk menampung aspirasi masyarakat demi lestarinya kebudayaan khususnya budaya kediri serta media tatap muka yang bertempat di rumah ini “ imbuhnya. Sambil meneguk segelas kopi kami melanjutkan menonton wayang mbah gandrung.
Semakin siang penontonpun semakin banyak berdatangan. Dari kalangan warga maupun wartawan media massa bahkan ada yang dari siswa siswi sekolah menengah.tentunya menambah meriah acara tersebut.
Jam dinding menunjukkan pukul 11.30 WIB, dari pintu dapur terlihat pembantu rumah tersebut membawa nampan dari anyaman bambu ( tampah,red ) berisi polo pendem godhok,yaitu umbi-umbian yang di rebus.nampan tersebut di bagi-bagikan kepada penonton sebagai kletikan ( makanan kecil, red ).
Banyak hal unik dari wayang mbah gandrung, diantaranya bentuk wayang itu sendiri berbeda dari bentuk wayang biasanya yang umumnya terbuat dari kulit sapi. Wayang mbah gandrung adalah jenis wayang krucil yang terbuat dari ukiran kayu papan.tapi banyak masyarakat terutama di desa pagung kec. Semen Kab. Kediri menyatakan bahwa wayang mbah gandrung bukan wayang krucil.
Hal unik lainnya adalah lakon wayang Mbah Gandrung yang hanya melakonkan cerita cinta dari kerajaan Kediri, antara Panji Asmoro Bangun dengan Galuh Condro Kirono.
Sejarah
Wayang Mbah Gandrung ini mulai ada sejak abad 17 M,dimana dahulu kala di desa Pagung kec. Semen Kab. Kediri terjadi banjir besar menjadikan sungai yang mengalir melintasi desa Pagung tersebut meluap sampai ke perkamungan. Ketika itu disungai yang deras ada sebatang kayu Jati besar ikut hanyut ke perkampungan warga.
Masyarakat berusaha mengembalikan kayu itu ke sungai, namun kayu itu menunjukan keanehan . setiap kali dihanyutkan ke sungai kayu itupun menepi seakan tidak mau hanyut. Akhirnya wargapun membawa kayu tersebut kepada Raden Jimbun Hadiningrat, seorang pinisepuh ”Cikal Bakal” yang membabad pertamakali Daerah Pagung.
Atas saran Raden Jimbun kayu tersebut dibawa kepada Demang Raden Proyosono, dan atas perintah Raden Proyosono kayu itu dibelah untuk digunakan sebagai kayu bakar namun dari semua orang tak satupun mampu membelah kayu tersebut. Maka Ki Demang mengadakan sayembara siapa yang bisa membelah kayu tersebut akan diberi hadiah. Maka datanglah seorang pemuda tampan dari puncak Gunung Wilis. Dia mengikuti sayembara itu dan membelah kayu Jati tersebut.
Dan anehnya didalam kayu Jati tersebut ada empat buah wayang kayu ( sebagian cerita ada dua buah wayang saja ). yakni Wayang Mbah Gandrung Kakung(Panji Asmorobangun), Wayang Mbah Gandrung Putri(Galuh Candrakirono), Wayang Joko Luwar dan Wayang Raden Sedono Popo, namun setelah disimpan dalam kotak keempat wayng tersebut membawa teman-temanya kurang lebih 40 buah.
Setelah terbelah maka pergilah pemuda tampan tersebut sebelum diberikan hadiah, dia menghilang begitu saja.Ki Demang yang berasal dari keraton tentunya merasakan keanehan itu dan merasa mendapat “wangsit” atau petunjuk bahwa wayang tersebut menggambarkan dua sejoli yang sedang “gandrung” atau kasmaran. ( emzy )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar