Minggu, 23 Oktober 2011

Nasi Tumpang Sebagai Kuliner Sekaligus Media Dakwah

KEDIRI,Nasi tumpang atau nasi sayur tumpang tidak asing lagi bagi masyarakat kota kediri,nasi yang di sajikan dengan kulup ( sayuran rebus,urap-urap.red ) di tuangi dengan sayur tumpang di beri lauk tahu tempe seta di tambah kerupuk / peyek. membuat nasi tumpang sebagai icon kuliner khas kota kediri.bahkan banyak warga luar kota akan ketagihan sesudah merasakan lezatnya nasi tumpang.
Sayur yang terbuat dari tempe bosok ( basi,red ) banyak di jual di warung-warung  bahkan di jual dengan lesehan,yaitu makan sambil duduk dilantai beralaskan tikar. Warung serta lesehan nasi tumpang ini banyak di jajakan di sudut kota sampai pelosok desa kota kediri.
Dari sekian banyak areal wisata kuliner nasi tumpang di Kediri,salah satunya adalah Lesehan jalan Dhoho kota kediri. Di pusat jantung kota kediri ini setiap malamnya banyak di temui WARLES atau warung lesehan nasi tumpang.
Di lihat dari segi harga,di jamin tak akan menghabiskan dana. cukup dengan merogoh kocek Rp. 5000,- untuk satu porsi nasi tumpang plus es teh manis sebagai minumannya,anda akan dapat merasakan lezatnya nasi tumpang.
Selain di Jalan dhoho, areal wisata kuliner nasi tumpang berada pula di Desa jongbiru kec. gampengrejo. Desa di sebelah uatra kota kediri ini,selama 24 jam full anda akan mendapati warung nasi tumpang,seperti warung " mega putri " yang mulai buka pukul empat sore hingga pukul satu dini hari. di waktu dini hari sampai pagi pun tetap ada warung yang buka.
Semaraknya kuliner nasi tumpang di kediri tak lepas dari peran seorang ulama' kediri tahun 80'an,yaitu Gus Miek,sapaan akrab KH. Khamim Jazuly dari ploso.Dalam dakwahnya beliau langsung ber interaksi dengan kaum yang notabene berada di bawah garis kemiskinan,miskin harta maupun miskin iman.bahkan beliau berdakwah pada tempat-tempat kemaksiatan,tempat judi , bar maupun lokalisasi.
Ada cerita unik tentang Gus Miek dan nasi tumpang ini, dahulu di jalan dhoho belum ada orang yang menjajakan nasi tumpang,di sebuah desa yang tak jauh dari jalan dhoho hidup seorang janda tua,janda tersebut hidupnya memperihatinkan sekali. pada suatu waktu datanglah Gus Miek pada janda tersebut. Gus Miek menyarankan agar janda tersebut mau berjualan nasi tumpang di jalan dhoho." nopo pajeng to Gus " kata sang janda dengan menahan keraguan.tapi dengan bujukan Gus Mien serta ke inginan berihtiyar sang janda,akhirnya janda itu menyetujui saran gus Miek.
Pada hari yang di rencanakan,sang janda menggelar dagangannya di Jalan dhoho,yaitu berjualan nasi tumpang.tidak di sangka dagangan sang janda laku terjual.lama kelamaan usaha jualan janda tersebut dapat berjalan lancar serta dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Mungkin ini yang di namakan barokah kyai.
Ada cerita lain lagi perihal gus miek yang berhubungan dengan warung nasi tumpang, di desa Jongbiru,tepatnya di warung mbah kaelan, sering gus Miek mengunjungi warung mbah kaelan ini.sampai-sampai gus Miek di buatkan kamar khusus oleh sang pemilik warung sebagi rasa hormat atas beliau.sampai saat ini warung mbah kaelan masih ada tapi sudah berpindah hak milik. karena mbah kaelan tidak mempunyai keturunan.( emzy )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar