Selasa, 10 April 2012

Aneurisme Penyebab Kematian Mendadak Pada Usia Produktif

Kematian mendadak pada orang muda, selain akibat jantung dan stroke, bisa juga karena pecahnya pembuluh darah otak. Karena itu orang muda perlu check up otak seteliti mungkin. Untuk mencegah terjadinya kematian tiba-tiba pada usia 30-50 tahun akibat pecahnya pembuluh darah di kepala yang dalam dunia kedokteran disebut aneurisme.


Kematian mendadak pada orang muda, selain akibat jantung dan stroke, bisa juga karena pecahnya pembuluh darah otak. Karena itu orang muda perlu check up otak seteliti mungkin. Untuk mencegah terjadinya kematian tiba-tiba pada usia 30-50 tahun akibat pecahnya pembuluh darah di kepala yang dalam dunia kedokteran disebut aneurisme.

Hal itu dikemukakan dr. Eka J Wahjoepramono Spesialis Bedah Saraf di sela-sela acara Recent Issues on Neuroscience yang digelar Rumah RS Siloam Gleneagles (RSGG) dan National Neuroscience Institute Singapure (NNI).
Aneurisme merupakan penyakit pembuluh darah otak yang melembung seperti balon, dan akan pecah bila tekanan darah di dalam pembuluh darah tersebut terlalu kuat. Eka menegaskan pembuluh darah yang melembung itu kecil sekali. ?Kalau pecah, akan muncul perdarahan, lalu masuk ke seluruh jaringan otak sampai menimbulkan malapetaka hebat dan suatu waktu bisa berupa kematian,?
Otak merupakan salah satu organ yang bila dilihat ukurannya sangatlah tidak sebanding dengan ukuran tubuh manusia yang besar, karena hanya sekitar 2% dari berat tubuh manusia. ?Namun begitu perannya begitu besar sebagai motor penggerak yang mengontrol semua pekerjaan sistem syaraf yang ada dalam tubuh manusia,?kata Eka.
Bukan itu saja, berbeda dengan sel-sel yang lain, pertumbuhan sel otak hanya dapat terjadi sekali seumur hidup, yaitu ketika berada di dalam kandungan hingga usia tiga tahun. Sel-sel otak yang mati tidak akan pernah mengalami regenerasi atau pertumbuhan kembali. Apabila satu saja dari jaringan otak tersebut mengalami gangguan, seperti stroke atau lainnya, otomatis kinerja seluruh tubuh pun akan terganggu. Dengan demikian, mereka yang mengalami gangguan pada jaringan otak sudah pasti akan mengalami berbagai gangguan kesehatan.
Ditambahkanya, sebagai organ vital, otak juga turut menentukan masa depan bangsa, untuk itu kesehatan otak merupakan hal penting yang harus mendapatkan perhatian yang serius.
Berkembangnya jenis-jenis penyakit yang mengancam jiwa manusia pada dasawarsa terakhir ini, menuntut para ahli medis untuk terus berupaya melakukan berbagai macam terobosan baru untuk menangani kasus-kasus tersebut, misalnya saja pelebaran pembuluh darah pada satu wilayah atau yang lebih dikenal dengan aneurisma.
Ia melihat kematian mendadak atau koma sebagai gejala aneurisme yang sudah terlalu parah. Di Amerika saja, ulasnya, kematian tiba-tiba tersebut mencapai sekian puluh persen. Namun, apabila masih dalam stadium dini, jelasnya, gangguan itu ditandai sakit kepala di daerah mata, kejang-kejang, atau kesadarannya sedikit menurun. Jika lebih berat lagi, penderita sampai mengatakan dirinya tidak pernah sakit kepala seperti sekarang ini.

Belum Diketahui Penyebabnya
Meskipun hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab timbulnya penyakit aenurisme ini, tetapi telah terbukti apabila tidak ditangani secara serius dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya. Terlebih bila yang dibicarakan adalah kasus aneurisme pada otak, sudah pasti hal ini tidak dapat dianggap remeh.
Khusus untuk keadaan penyakit yang masih awal, yaitu pembengkakan pembuluh darah yang belum parah dan tidak terlalu parah lanjutnya, nyawa pasien bisa tertolong asalkan dioperasi dengan segera, atau intervensi lainnya dengan tingkat keberhasilannya hampir mencapai 100%.
Tapi, kata Eka, pemicu terjadinya aneurisme tidak pasti, termasuk akibat kelainan bawaan berupa tipisnya dinding pembuluh darah otak. Bahkan orang yang sedang diam pun dapat terkena serangan penyakit ini. Ketika seseorang tadi terus tumbuh dan menjadi dewasa, tambah Eka, biasanya akan diikuti dengan menipisnya dinding-dinding pembuluh darah di otak, selain itu aliran darah yang mengalir ke otak pun semakin banyak hingga dinding tipis di otak tersebut membesar.
Cuma disayangkan, kondisi itu sulit dideteksi , kecuali dengan Magnetic Imaging resonance (MRI) bila pembesaran sampai 1 Cm lebih.?Repotnya, biasanya kalau belum seukuran ini, tidak ada gejala dan baru ketahuan waktu pecah.
Dari pengalamannya menangani 60 kasus aneurisme yang baru mulai di RSSG, Eka menilai pasien wanita dan pria berimbang, umurnya 30-50 tahun. Diperkirakan, mereka tengah aktif-aktifnya, sedangkan pembuluh darah otaknya sedang tipis.
Menurutnya, pencegahan tidak bisa dilakukan, Ia menyarankan seseorang menjalani Check up otak seteliti mungkin dengan MRI dan apabila hasilnya positif, dipakai Angiografi untuk memeriksa pembuluh darah.
Berbeda dengan stroke, yaitu adanya gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah otak yang juga bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan kematian dan kelumpuhan sebelah pada organ tubuh penderitanya. Pecahnya pembuluh darah otak karena aneurisma disebabkan lemahnya pembuluh darah otak penderita. Tapi akibat yang ditimbukan lebih parah dari stroke.
Untuk aneurisme ringan umumnya bisa ditanggulangi dengan cara tindakan operasi. Tapi umumnya mereka yang terkena aneurisma akan mengalami kematian. Sebagai contoh, dari 60 kasus aneurisma yang ditangani RSGG satu orang yang ditemukan belum pecah dan dapat ditangani dengan baik bahkan bisa kembali menjalani aktivitas semula. Sedangkan 59 lainnya sudah pecah, satu diantaranya meninggal karena komplikasi dengan oenyakit lain, 30 lainnya dengan hasil yang cukup baik bahkan bisa melakukan aktivitas biasa meskipun agak menurun dan selebihnya meninggal dunia.
Disinggung tentang adanya faktor keturunan, Dr Eka menjelaskan, sangat jarang kasus aneurisme yang ditemukan secara turun temurun atau familiar, kebanyakan terjadi secara spontan, salah satunya karena hipertensi, anemia, perokok, alkohol, yang bisa melemahkan lapisan pembuluh darah di otak.
Embolisasi
Namun spesialis radiologi dr Prijo Sidipratomo menganggap, tidak semua kasus aneurisme bisa diintervensi dengan operasi misalnya, karena keadaan umum penderita jelek sekali.
Karena itu, tandasnya, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan cara embolisasi dengan cara menyumbat darah yang terkena gangguan.?Kita masukkan bahan untuk menyumbat dengan kateter kecil sekali ke daerah sasaran.
sumber info

Tidak ada komentar:

Posting Komentar